Kamis, 25 Agustus 2011

Antibiotik

ANTIBIOTIK Antibiotik berasal dari bahasa
yunani yang terdiri dari Anti
(lawan),Bios (hidup). Antibiotik
adalah Suatu zat kimia yang
dihasilkan oleh bakteri ataupun
jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam dosis
tertentu dan berkhasiat
mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan
toksisitasnya tidak berbahaya
bagi manusisa. Faktor Yang Perlu
Dipertimbangkan Dalam
Penggunaan Antibiotika Harus mempertimbangkan
faktor-faktor : · Gambaran klinis adanya infeksi
yang diderita · Faktor sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik · Fungsi ginjal dan hati pasien · Biaya pengobatan Antibiotika Kombinasi diberikan
apabila pasien : v Pengobatan infeksi campuran v Pengobatan pada infeksi berat
yang belum jelas penyebabnya v Efek sinergis v Memperlambat resistensi Mekanisme Kerja Antibiotika yang
bekerja pada sel tubuh manusia
terdiri dari Menekan sintesis
protein (Misal : kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida,
makrolida, linkomisin). Bekerja pada dinding sel (Misal : Penisilin,
sefalosporin, sikloserin, basitrasin
& vankomisin).Bekerja pada
membran sel(Misal : Polimiksin) Berdasarkan kemampuannya
membunuh mikroba Antibiotik
dibagi menjadi dua yaitu ;
Bersifat bakterisid (Misal :
penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida, polipeptida). Bersifat bakteriostatik (Misal :
tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, sulfonamida) Aktivitas
dari antibiotika dinyatakan dalam
mg. Kecuali zat yang belum dapat
diperoleh 100% murni dan terdiri dari beberapa campuran zat
(misal Nistatin,polimiksin B,
basitrasi Þ IU (International Unit))
. Penggolongan Antibiotika Penisilin
Sefalosporin
Aminoglikosida
Tetrasiklin
Sulfanilamida
Kuinolon Makrolida
Linkomisin
Polipeptida
Kloramfenikol
Antibiotik lainnya 1.Gol. b-laktam A. Penisilin Dihasilkan oleh fungi Penicillinum
chrysognum.Memiliki cincin b-
laktam yang diinaktifkan oleh
enzim b-laktamase bakteri.Aktif
terutama pada bakteri gram (+)
dan beberapa gram (-)Contoh : amoksisilin, ampisilin.Untk
meningkatkan ketahanan thp b-
laktamase Þ penambahan
senyawa untuk memblokir &
menginaktivasi b-laktamase.
Misal :Amoksisilin + asam klavulanat,Ampisilin +
sulbaktam,Piperasilin +
tazobaktam. Efek samping : reaksi alergi
Þsyok anafilaksis Þ
kematian,Gangguan lambung &
usus.Pada dosis amat tinggi
dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik.Aman bagi wanita
hamil & menyusui B. Sefalosporin Dihasilkan oleh jamur
Cephalosporium
acremonium.Spektrum kerjanya
luas meliputi bakteri gram positif
dan negatif termasuk E.coli,
Klebsiella dan Proteus. Penggolongan sefalosporin
berdasarkan aktivitas &
resistensinya terhadap b-
laktamase Generasi I Þ aktif pada bakteri
gram positif. Pada umumnya
tidak tahan pada b laktamase.
Misal : sefalotin, sefazolin,
sefradin, sefaleksin, sefadroksil.
Digunakan secara oral pada infeksi sal. kemih ringan, infeksi
sal. pernafasan yang tidak serius Generasi II Þ lebih aktif terhadap
kuman gram negatif. Lebih kuat
terhadap blaktamase. Misal :
sefaklor, sefamandol,
sefmetazol,sefuroksim Generasi III Þ lebih aktif terhadap
bakteri gram negatif , meliputi P.
aeruginosa dan bacteroides.
Misal : sefoperazone, sefotaksim,
seftizoksim, sefotiam,
sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk
sifilis Generasi IV Þ Sangat resisten
terhadap laktamase. Misal:
sefpirome dan sefepim c. Monobaktam Dihasilkan oleh Chromobacterium
violaceum Bersifat bakterisid,
dengan mekanisme yang sama
dengan gol. b-laktam
lainnya.Bekerja khusus pada
kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang
resisten terhadap penisilinase
Contoh : aztreonam 3. Aminoglikosida Dihasilkan oleh fungi
Streptomyces &
micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid,
berpenetrasi pada dinding
bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel Contoh :
streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin Penggunaan Aminoglikosida
Streptomisin & kanamisin Þ
injeksi pada TBC juga pada
endocarditis,Gentamisin, amikasin
bersama dengan penisilin pada
infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin,
tobramisin, neomisin juga sering
diberikan secara topikal sebagai
salep atau tetes mata/
telinga,Efek samping : kerusakan
pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik. 4. Tetrasiklin Diperoleh dari Streptomyces
aureofaciens & Streptomyces
rimosus Meliputi : tetrasiklin,
oksitetrasiklin, doksisiklin dan
minosiklin (long acting)
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian
iv dapat dicapai kadar plasma
yang bersifat bakterisid
lemah.Mekanisme kerja :
mengganggu sintesis protein
kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas &
Proteus. Juga aktif thp
Chlamydia trachomatis (penyebab
penyakit mata), leptospirae,
beberapa protozoa.
Penggunaan : infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih,
kulit dan mata. Namun dibatasi
karena resistensinya dan efek
sampingnya selama kehamilan &
pada anak kecil. 5. sulfonamida Merupakan antibiotika spektrum
luas terhadap bakteri gram
positrif dan negatif. Bersifat
bakteriostatik. Mekanisme kerja :
mencegah sintesis asam folat
dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri. Kombinasi
sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin
dengan perbandingan sama)
,Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin +
pirimetamin. Penggunaan è Infeksi saluran kemih :
kotrimoksazol è Infeksi mata : sulfasetamid è Radang usus : sulfasalazin è Malaria tropikana : fansidar è Mencegah infeksi pada luka
bakar : silver sulfadiazin è Tifus : kotrimoksazol è Radang paru-paru pada pasien
AIDS : kotrimoxazol Sebaiknya tidak digunakan pada
kehamilan teruama trimeseter
akhir Þ icterus, hiperbilirubinemia 6. KUINOLON Berkhasiat bakterisid pada fase
pertumbuhan kuman, dgn
menghambat enzim DNA gyrase
bakteri sehingga menghambat
sintesa DNA. Penggolongan : Generasi I Þ asam nalidiksat dan
pipemidat digunakan pada ISK
tanpa komplikasi Generasi II Þ
senyawa fluorkuinolon misal
siprofloksasin, norfloksasin,
pefloksasin,ofloksasin.Spektrum kerja lebih luas, dan dpt
digunakan u/ infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting Þ misal
sparfloksasin, trovafloksasin dan
grepafloksasin.Spektrum kerja
sangat luas dan meliputi gram
positif. 7. Makrolida Meliputi : eritromisin,
klaritromisin, roxitromisin,
azitromisin, diritromisin serta
spiramisin Bersifat
bakteriostatik.Mekanisme kerja :
pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga
mengganggu sintesis
protein.Penggunaan : merupakan
pilihan pertama pada infeksi
paru-paru 8. Linkomisin Dihasilkan oleh : Streptomyces
lincolnensis Sifatnya :
bakteriostatis Meliputi : linkomisin
dan klindamisin. Spektrum kerja
lebih sempit dari makrolida
terutama thp gram positif dan anaerob.Penggunaan : aktif
terhadap Propionibacter acnes
shg digunakan secara topikal
pada acne 9. Polipeptida Berasal dari Bacillus
polymixa.Bersifat bakterisid
berdasarkan kemampuannya
melekatkan diri pada membran
sel bakteri sehingga
permeabilitas meningkat & akhirnya sel meletus.Meliputi :
Polimiksin B dan polimiksin E
(colistin), basitrasin dan
gramisidin.Spektrumnya sempit,
polimiksin hanya aktif terhadap
bakteri gram negatif. Sebaliknya Basitrasin dan gramisidin aktif
thp kuman gram
positif.Penggunaan : Karena
sangat toksis pada ginjal dan
organ pendengaran, maka
penggunaan secara sistemik sudah digantikan, lebih banyak
digunakan sebagai sediaan
topikal (sebagai tetes telinga
yang berisi polimiksin sulfat,
neomisin sulfat, salep mata/tetes
mata yang berisi basitrasin, neomisin 10. Antibiotika Lainnya KLORAMFENIKOL Bersifat bakteriostatik thp
Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis
polipeptida kuman Bersifat
bakterisid thp S. pneumoniae, N.
meningitidis & H. influenzaePenggunaannya secara
oral, sejak thn 1970-an dilarang
di negara barat karena
menyebabkan anemia aplastis.
Sehingga hanya dianjurkan pada
infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H.
influenzae)Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep
mata 0,25-1%.Turunannya yaitu
tiamfenikol. Vankomisin Dihasikan oleh Streptomyces
orientalis.Bersifat bakterisid thp
kuman gram positif aerob dan
anaerob.Merupakan antibiotik
terakhir jika obat-obat lain tidak
ampuh lagi

Selasa, 09 Agustus 2011

OBAT PENEKAN SUSUNAN SARAF PUSAT

OBAT
PENEKAN
SUSUNAN
SARAF
PUSAT •
0bat yang bekerja langsung pada sistem susunan saraf pusat
• SUSUNAN SARAF PUSAT
• Susunan saraf pusat berkaitan
dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
• SUSUNAN SARAF PUSAT
• OTAK DEPAN
• Kortek serebrum
Ø Untuk menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan
Ø lobus frontalis : pusat berfikir, berperilaku, penentuan keputusan
Ø lobus parietalis : pusat pendengaran dan perabaan
Ø lobus oksipitalis : pusat asosiasi visual
Ø lobus temporalis : pusat auditorik
• Diencefalon
Ø Thalamus : menerima semua informasi sensorik
Ø Hipothalamus : Endokrin, mengarahkan informasi mengenai suhu, rasa lapar, aktivitas susunan saraf otonom,status emosi
• BATANG OTAK
Ø terdiri dari : pons, medula oblongata, mesensefalon
Ø terdapat neuron-neuron yang mengatur fungsi sistem kardiovaskuler dan respirasi
• SEREBELUM
Ø Membantu mempertahankan keseimbangan dan bertanggung jawab bagi respon otak
• OTAK BESAR
• OTAK BESAR
• OTAK BESAR
• OTAK BESAR
• POTONGAN SAGITAL OTAK • Obat penekan susunan saraf pusat
Ø Sedatif-hipnotik
Ø Anestesik umum dan lokal
Ø Analgesik
Ø Analgesik narkotik
Ø Antikonvulsi Ø Antipsikotik
Ø Anti depresan
• 1. SEDATIF - HIPNOTIK
• Obat yang dapat mengakibatkan hilangnya respon fisik dan mental namun tidak mempengaruhi kesadaran
• Obat yang mengurangi ketegangan dan kecemasan ( ansietas )
• Macam sedatif hipnotik : Barbiturat, benzodiazepin, piperidinedione
• Masa kerja hipnotik :
Masa kerja singkat
Masa kerja sedang
• BARBITURAT
• Pertama kali diperkenalkan pada awal 1900-an
• Klasifikasi :
Ø Masa kerja panjang, meliputi : fenobarbital, mefobarbital, dan metarbital yang dipakai untuk mengandalikan kejang pada epilepsi.
Ø Masa kerja sedang, meliputi : amobarbital ( amytal ), aprobarbital ( alurate ), butabarbital ( butisol ) dipakai untuk mempertahankan tidur dalam waktu yang lama.
Ø Masa kerja cepat, meliputi : sekobarbital (seconal), pentobarbital (nembutal), dipakai untuk obat tidur.
Ø Masa kerja sangat singkat, meliputi :natrium tiopental (penthotal), yang dipakai untuk anestesi umum.
• Dalam penggunasnnya, barbiturat harus dibatasi karena karena banyak efek samping.
• Indikasi
Untuk mengobati insomnia,sedasi, medikasi pra bedah.
• Kontra indikasi
depresi pernafasan, penyakit hati yang berat, kehamilan
• Efek samping
letih, mengantuk, hang over, pusing, mual, muntah,diare.
• Reaksi yang merugikan
depresi pernafasan, ketergantungan obat, dan toleransi.
• Farmakokinetik
absorbsi P.O : 90%
ditribusi : PP 35 - 45%
metabolisme : t½: 4 jam (tahap I), 30-50 jam (tahap II)
eliminasi : urin sebagai metabolit
• BENZODIAZEPIN
• Sedatif-hipotonik yang menimbulkan tidur
• Mengakibatkan mimpi buruk dan mimpi yang tidak jelas.
• Meliputi : flurazepam (dalmane) , temazepam, triazora.
• Indikasi : insomnia
• Kontra indikasi : kehamilan, hipersensitifitas terhadap benzodiazepin.
• Efek samping : hangover, sakit kepala, mengantuk, mual, muntah, diare, bingung, depresi mental.
• Farmakokinetik
absorbsi : P.O : F&T diabsorbsi dengan baik.
distribusi : PP (F)=97%, T=96%
metabolisme : t½ : F 2-3 jam, T =10-20 jam
eliminasi :ginjal sebagai metabolik aktif
• Farmakodinamik
F =mula:15-45 menit, P=30-60 menit, L=7-10 jam
T=mula:30 menit, P=2-3 jam, L=10-18 jam • Piperidinedione
• Peertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an, berupa glutetimid, metiprilon, yang mempunyai efek seperti barbiturat dengan masa kerja singkat.
• Dipasarkan sebagai non adiktif
• Dapat menimbulkan reaksi merugikan yang serius
• Sudah jarang dipakai
• Piperidinedione
• Kloral hidrat
• Etklorvinol (placydil), kloral hidrat, paral dehid
• Efektif pada lansia
• Hati-hati pada penderita gangguan hati berat
• Iritasi lambung sering terjadi
• 2. Anestetik
• Anestesi umum dan lokal
• Mengurangi nyeri, menyebabkan hilangnya kesadaran
• anestesi seimbang, suatu kombinasi obat-obatan yang sering dipakai dalam anestesi umum, meliputi :
Hipnotik diberikan semalam sebelumnya
Premedikasi
Barbiturat dengan masa kerja singklat, seperti natrium tiopenal
Has inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen
Pelemas otot jika diperlukan • Anestesi lokal
• Anaestesi lokal menghilangkan sakit pada tempat dimana obat diberikan, dan kesadaran tetap dipertahankan, pertama kali menggunakan kokain hidroklorida
• Sekarang menggunakan lidokain hirdroklorida yang mempunyai kerja cepat dan masa
kerja lama, lebih stabil dalam larutan, lebih sedikit menimbulkan
reaksi hipersensitifitas dari pada prokain.
• 3. Analgesik narkotik dan non narkotik
• Diresepkan untuk meredakan nyeri, nyeri yang ringan sampai sedang dari otot rangka dan sendi seringkali diredakan dengan analgesik nonnarkotik. Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos, organ dan lainnya biasanya menggunakan analgesik narkotik
• Kasifikasi dan jenis nyeri :
Nyeri akut, yang dapat ringan sedang atau berat
Nyeri kronik
Nyeri superfisial
Nyeri somatik (tulang, otot rangaka, dan sendi)
Nyeri viseral (nyeri dalam)
• Analgesik nonnarkotik.
• Salisilat dan obat antiinflamasi nonsteroid
v Aspirin (ASA) adalah suatu salisilat analgesik nonnarkotik tertua yang masih dipakai
v Aspirin dijual bebas, contoh :buferin ecotrin, anacin yang mengandung kafein, dan alka seltzer.
v Efek utama : meredakan nyeri, antipiretik
v Kontra indikasi :anak yang mengalami demam, usia>12 tahun
v Efek samping: iritasi pada lambung
v P.O. :325-650 mg, 3x sehari (sakit kepala, pegal, nyeri otot). 1 gram 4-6x/hari (untuk inflmasi)
• Asetaminoven
• Dijual bebas umumnya dipakai untuk analgesik dan antipiretik pada semua usia
• Jenis : Tylenol, tempra, panadol, datril
• Kontraindikasi :penyakit hati / ginjal yang berat
• Efek samping : anoreksia, muntah diaforesis
• Reaksi yang merugikan: hipoglikemia berat, perdarahan, oligouria, anemia hemolitik, lekopenia.
• Dosis : P.O. : 325-650 mg 4x sehari
• Pemakaian dalam jangka waktu yang lama kan menimbulkan nekrosis hati
• Farmako dinamik : asetamenoven menghambat sintesis prostaglandin yang mengurangi rasa nyeri, efektif untuk mengurangi rasa nyeri sedang dab ringan.
• Asetamenoven diabsorbsi baik oleh gastro interstinal, karena waktu paruh yang pendek asetaminoven dapat diberikan setiap 4 jam sekali, dengan dosis max.2,5-4g/hari.
• Dosis tinggi dapat menjadi toksik bagi sel-sel hati
• Meperidin (Demerol)
• Mempunyai kerja yang lebih singkat dari pada morfin.
• Dapat diberikan peroral, intramuskular, dan intravena, dan merupakan narkotik yang paling banyak dipakai untuk meredakan nyeri pascapembedahan.
• Farmakokinetik : biasa diberikan intramuskular untuk nyeri pascabedah karena diabsorbsi lebih cepat dari pada peroral, diekskresikan dalam urine,t½ sedang dan dapat diberikan beberapa kali perhari.
• Meperidin (Demerol)
• Meperidin (Demerol)
• Meperidin (Demerol)
• Farmakodinamik : tidak boleh dipakai bersama alkohol, atau hipnotik-sedatif karena dapat mengakibatkan depresi SSP aditif.
• Indikasi : meredakan nyeri sedang sampai berat.
• Kontraindikasi : alkoholisme, trauma kepala, peningkatan TIK, penyakit hati, ginjal hati dan paru.
• Efek samping : mual, muntah, konstipasi, hipotensi, bradikardi, sedasi, kekacauan mental.
• Reaksi yang merugikan : distres pernafasan, hipotensi berat, ketergantungan.
• Dosis :P.O.,IM :50-100mg, setiap 3-4 jam jika perlu.
• Pentazosin (Talwin)
• Indiaksi : untuk nyeri sedang dan berat.
• Kontra indikasi : alkoholisme, trauma kepala, penyakit hati, ginjal,paru yang berat.
• Farmakokinetik : P.O diabsorbsi dengan baik,PP=60%, metabolisme :t½ 2-3 jam, eliminasi :ginjal, sebagian dieliminasi tanpa perubahan.
• Efek samping : pusing, euforia, mual, muntah, sakit kepla, konstipasi, sedasi, kekacauan mental
• Pentazosin (Talwin)
• Pentazosin (Talwin)
• Antikonvulsi (anti epilepsi)
• Obat yang digunakan untuk epilepsi
• Bekerja menekan impuls listrik abnormal dari pusat serangan kejang kedaerah korteks lainnya, sehingga mencegah serangan kejang, namun tidak menghilangkan penyebab serangan kejang.
• Jenis antikonvulsi
Ø Hidantoin
Ø Barbiturat
Ø Suksinimid
Ø Oksazolidon / oksazolidindion Ø Benzodiazepin
Ø Iminostilben
Ø valproat
• ANTIPSIKOTIK, ANTIANSIETAS DAN ANTIDEPRESI
• ANTIPSIKOTIK
• Merupakan kelompak obat terbesar yang dipakai untuk mengobati gangguan mental.
• Antipsikotik dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok :
fenotiazin
nonfenotiazin
• Fenotiazin
Fenotiazin Alifatik
Obat yang termasuk alifatif adalah klorpromazin (thorazin)
Ø Indikasi : mengobati psikosis, (mania, skizoprenia), cegukan yang tidak mau berhenti.
Ø Kontra indikasi : gangguan hati,
penyakit koroner, insufisiensi cerebral, hipotensi berat.
Ø Dosis : 25 mg, max 1000mg / hari
Ø Farmakokinetik :
• Absoebsi oral bervariasi
• Berikatan dengan protein sangat kuat
• t½ : 30 jam
• Diekskresikan sebagai metabolit dalam urin.
Ø Efek samping : sedasi, EPS, hipotensi, konstipasi, sakit kepala, retensi urine, mulut dan mata kering.
Ø Farmakodinamik : mula kerja P.O, IM, IV, adalah sama, preparat sustained-release
memperpanjang masa kerja menjadi 10-12 jam.
2. Fenotiazin Piperazin
oabat yang termasuk piperazin salah satunya adalah : proklorperazine (compazine)
Ø Indikasi : mengobati mual, muntah, pemakaian sekunder adalah untuk psikosis.
Ø Kontraindikasi :
• Fenotiazin piperazin
Ø Obat yang termasuk piperazin salah satunya adalah : proklorperazine (compazine)
Ø Indikasi : mengobati mual dan muntah, pemakaian sekunder adalah untuk psikosis.
Ø Kontraindikasi : penyakit kardiovaskuler, gangguan hati yang berat, depresi su-sum tulang belakang, glaukoma sudut sempit, serangan kejang.
Ø Farmakokinetik : absorbsi oral bervariasi, diekskresikan sebagai metabolit dalam urin.
Ø Farmakodinamik :
• Mula kerja : Oral, IM, IV sama.
• Preparat SR memeperopanjang
lama kerja menjadi 10-12 jam.
Ø Dosis : dewasa : P.O : IM 5 mg tidak melebihi 40 mg perhari.
• Fenotiazin preparadin
Ø Mempunyai : efek sedatif yang kuat, tidak mempunyai efek anti emetik.
Ø Obat yang termasuk pipwradin adalah :
• Tioridazin (mellaril), Dosis dewasa : P.O=50-100mg
• Mezoridazin besilat (serentil), Dosis dewasa : P.O : 50 mg
• Non fenotiazin
Ø Nonfenotiazin yang sering diresepka adalah butirofenon haloperidol (haldol)
Ø Indikasi : mengobati psikosi akut dan kronik.
Ø Kontra indikasi : glaukoma sudut sempit, penyakit hati, kardiovaskuler yang berat, depresi sum-sum tulang belakang.
Ø Dosis : dewasa : P.O = 1,5 mg
Ø Efek samping : sedasi, EPS, fotosensitifitas, ruam kulit, mulut kering, penglihatan kabur, dan retensi urin.
• 2. Ansiolitik
Ø Merupakan obat ansietas yang disebut juga sebagai agen sedatif-hipnotik
Ø Kelompok dari ansiolitik adalah benzodiazepin (kelompok transquilizer)
• Benzodiazepin
Meliputi :
Ø Klordiazepoksid (librium)
Ø Diazepam (valium)
Ø Klorazepat Dipotasium Ø Oksazepam (serax)
Ø Lorazepam (Ativan)
Ø Halazepam (paxipam)
Ø Alprazolam (xanax)
Ø Prazepam (Centlax)
Ø Indikasi : benzodiazepin merupakan banyak kegunaan, seperti antikonvulsi, antihipertensi, sedatif-hipotonik, obat-obat preoperasi, dan antiansietas.
Ø Kontraindikasi : kehamilan
Ø Efek samping : efek sedasi, pusing, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, kadang-kadang inkontinensia urine.
Ø Dosis : sesuai jenis obat, dosis tidak sama.
• Antidepresi
Antidepresi Trisiklik (ATS)
Ø Nertriptilin (Aventyl) termasuk dalam kelompok trisiklik.
Ø ATS menghambat pengambilan neuro transmiter norepinefrin dan seronin dalam otak.
Ø Indikasi : mengobati berbagai bentuk depresi
Ø Kontra indikasi : serangan kejang, glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat.
Ø Dosis: dewasa : P.O=25 mg- 100mg/hari, t½=18-28 jam,diekskresikan melalui urin.
Ø Efek samping : sedasi, mengantuk, hipertensi, mulut dan
mata kering, penglihatan kabur, retensi urin, konstipasi, EPS.
2. Antidepresi generasi kedua.
Ø Jenis : Amoksapin (A) (Asendin)
Ø Indikasi : mengobati depresi yang disertai ansietas
Ø Kontra indikasi : serangan kejang, glaukoma sudut sempit, depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri, penyakit hati berat.
Ø Dosis : dewasa P.O : 50mg, naikkan dosis bertahap samapai

Selasa, 02 Agustus 2011

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pelayanan kefarmasian pada
saat ini telah bergeser
orientasinya dari obat ke pasien
yang mengacu kepada
Pharmaceutical Care. Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan
orientasi tersebut, apoteker
dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah melaksanakan
pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhirnya
sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses
pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam
menjalankan praktek harus
sesuai standar. Apoteker harus
mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat
yang rasional. Sebagai upaya
agar para apoteker dapat
melaksanakan pelayanan
kefarmasian dengan baik, Ditjen
Yanfar dan Alkes, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
(ISFI) menyusun standar
pelayanan kefarmasian di apotek.
Hal ini sesuai dengan standar
kompetensi apoteker di apotek untuk menjamin mutu pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat.
Tujuan Standar Pelayanan Kefarmasian
di apotek disusun:
1. Sebagai pedoman praktek
apoteker dalam menjalankan
profesi.
2. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional
3. Melindungi profesi dalam
menjalankan praktik kefarmasian Pengertian
1. Apotek adalah tempat
tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus
pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah
obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika
4. Perbekalan kesehatan
adalah semua bahan selain
obat dan peralatan yang
diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya
kesehatan.
5. Alat kesehatan adalah
bahan, instrumen aparatus,
mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang
digunakan untuk
mencegah,mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan
pada manusia dan/atau
untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
6. Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk
menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
7. Perlengkapan apotek
adalah semua peralatan
yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan
pelayanan kefarmasian di
apotek.
8. Pharmaceutical care adalah
bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
9. Medication record adalah
catatan pengobatan setiap
pasien.
10. Medication error adalah
kejadian yang merugikan
pasien akibat pemakaian
obat selama dalam
penanganan tenaga
kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
11. Konseling adalah suatu
proses komunikasi dua
arah yang sistematik
antara apoteker dan
pasien untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan
pengobatan.
12. Pelayanan residensial
(Home Care) adalah
pelayanan apoteker
sebagai care giver dalam
pelayanan kefarmasian di
rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan
terapi kronis lainnya. PENGELOLAAN SUMBER DAYA 1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku apotek harus
dikelola oleh seorang apoteker
yang profesional. Dalam
pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki
kemampuan menyediakan dan
memberikan pelayanan yang
baik, mengambil keputusan yang
tepat, mampu berkomunikasi
antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner, kemampuan
mengelola SDM secara efektif,
selalu belajar sepanjang karier
dan membantu memberi
pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan. 2. Sarana dan Prasarana 1. Apotek berlokasi pada
daerah yang dengan
mudah dikenali oleh
masyarakat. Pada halaman
terdapat papan petunjuk
yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus
dapat dengan mudah
diakses oleh anggota
masyarakat. Pelayanan
produk kefarmasian
diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan
penjualan produk lainnya,
hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas
dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan. 2. Masyarakat harus diberi
akses secara langsung dan
mudah oleh apoteker
untuk memperoleh
informasi dan konseling. 3. Lingkungan apotek harus
dijaga kebersihannya. 4. Apotek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga.
Apotek memiliki suplai listrik
yang konstan, terutama
untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki: 1. Ruang tunggu yang
nyaman bagi pasien. 2. Tempat untuk mendisplai
informasi bagi pasien,
termasuk penempatan
brosur/ materi informasi. 3. Ruangan tertutup untuk
konseling bagi pasien yang
dilengkapi dengan meja dan
kursi serta lemari untuk
menyimpan catatan
medikasi pasien. 4. Ruang racikan. 5. Tempat pencucian alat. 6. Perabotan apotek harus
tertata rapi, lengkap
dengan rak-rak
penyimpanan obat dan
barang-barang lain yang
tersusun dengan rapi, terlindung dari debu,
kelembaban dan cahaya
yang berlebihan serta
diletakkan pada kondisi
ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan. 3. Sediaan Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan lainnya. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) 1. Perencanaan.Dalam
membuat perencanaan
pengadaan sediaan farmasi
perlu diperhatikan: 1. Pola penyakit 2. Kemampuan
masyarakat. 3. Budaya masyarakat. 2. Pengadaan.Untuk menjamin
kualitas pelayanan
kefarmasian maka
pengadaan pediaan farmasi
harus melalui jalur resmi
sesuai peraturan perundangundangan yang
berlaku. 3. Penyimpanan. 1. Dalam hal
pengecualian atau
darurat dimana isi
dipindahkan pada
wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan
harus ditulis
informasi yang jelas
pada wadah 2. Obat/bahan obat
harus disimpan dalam
wadah asli dari
pabrik. 3. Wadah baru, wadah
sekurang kurangnya
memuat nama obat,
nomor batch dan
tanggal kadaluarsa. 4. Semua bahan obat
harus disimpan pada
kondisi yang sesuai,
layak dan menjamin
kestabilan bahan. 4. Administrasi.Dalam
menjalankan pelayanan
kefarmasian di apotek,
perlu dilaksanakan
kegiatan administrasi yang
meliputi: 1. Administrasi Umum:
pencatatan,
pengarsipan,
pelaporan narkotika,
psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. 2. Administrasi
Pelayanan:
pengarsipan resep,
pengarsipan catatan
pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring
penggunaan obat. PELAYANAN 1. Pelayanan Resep 1. Skrining
ResepApoteker
melakukan skrining
resep meliputi : 1. Persyaratan
Administratif : Nama, SIP
dan alamat
dokter Tanggal
penulisan
resep Tanda
tangan/
paraf
dokter
penulis
resep Nama,
alamat,
umur, jenis
kelamin
dan berat
badan pasien Cara
pemakaian
yang jelas Informasi
lainnya 2. Kesesuaian
farmasetik :
bentuk
sediaan, dosis,
potensi,
stabilitas, inkompatibilita
s, cara dan
lama
pemberian 3. Pertimbangan
klinis : adanya
alergi, efek
samping,
interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat
dan lain lain).
Jika ada
keraguan
terhadap resep
hendaknya
dikonsultasika
n kepada
dokter penulis
resep dengan memberikan
pertimbangan
dan alternatif
seperlunya bila
perlumenggun
akan persetujuan
setelah
pemberitahuan
. 2. Penyiapan obat. 1.1.Peracikan. Merupakan
kegiatan
menyiapkan
menimbang,
mencampur,
mengemas dan memberikan
etiket pada
wadah. Dalam
melaksanakan
peracikan
obat harus dibuat suatu
prosedur
tetap dengan
memperhatika
n dosis, jenis
dan jumlah obat serta
penulisan
etiket yang
benar. 2. Etiket.Etiket
harus jelas
dan dapat
dibaca. 3. Kemasan Obat
yang
DiserahkanOba
t hendaknya
dikemas
dengan rapi dalam
kemasan yang
cocok
sehingga
terjaga
kualitasnya. 4. Penyerahan
Obat.Sebelum
obat
diserahkan
pada pasien
harus dilakukan
pemeriksaan
akhir
terhadap
kesesuaian
antara obat dengan resep.
Penyerahan
obat dilakukan
oleh apoteker
disertai
pemberian informasi obat
dan konseling
kepada pasien. 5. Informasi
Obat.Apoteker
harus
memberikan
informasi yang
benar, jelas dan mudah
dimengerti,
akurat, tidak
bias, etis,
bijaksana, dan
terkini. Informasi obat
pada pasien
sekurang-
kurangnya
meliputi: cara
pemakaian obat, cara
penyimpanan
obat, jangka
waktu
pengobatan,
aktivitas serta makanan dan
minuman yang
harus dihindari
selama terapi. 6. Konseling.
Apoteker
harus
memberikan
konseling,
mengenai sediaan
farmasi,
pengobatan
dan
perbekalan
kesehatan lainnya,
sehingga
dapat
memperbaiki
kualitas hidup
pasien atau yang
bersangkutan
terhindar dari
bahaya
penyalahgunaa
n atau penggunaan
obat yang
salah. Untuk
penderita
penyakit
tertentu seperti
kardiovaskular
, diabetes,
TBC, asma dan
penyakit
kronis lainnya, apoteker
harus
memberikan
konseling
secara
berkelanjutan. 7. Monitoring
Penggunaan
Obat.Setelah
penyerahan
obat kepada
pasien, apoteker
harus
melaksanakan
pemantauan
penggunaan
obat, terutama
untuk pasien
tertentu
seperti
kardiovaskular
, diabetes, TBC, asma,
dan penyakit
kronis lainnya. 8. Promosi dan
Edukasi.Dalam
rangka
pemberdayaan
masyarakat,
apoteker harus
memberikan
edukasi
apabila
masyarakat
ingin mengobati diri
sendiri
(swamedikasi)
untuk
penyakit
ringan dengan memilihkan
obat yang
sesuai dan
apoteker
harus
berpartisipasi secara aktif
dalam promosi
dan edukasi.
Apoteker ikut
membantu
diseminasi informasi,
antara lain
dengan
penyebaran
leaflet /
brosur, poster,
penyuluhan,
dan lain
lainnya. 2. Pelayanan Residensial
(Home Care).Apoteker
sebagai care giver
diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok
lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit
kronis lainnya. Untuk
aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
berupa catatan
pengobatan (medication
record). EVALUASI MUTU PELAYANAN Indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi mutu pelayanan
adalah: 1. Tingkat kepuasan
konsumenDilakukan dengan
survei berupa angket atau
wawancara langsung. 2. Dimensi waktuLama
pelayanan diukur dengan
waktu ( yang telah
ditetapkan). 3. Prosedur Tetap ( Protap )
Untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai standar
yang telah ditetapkan. Disamping itu prosedur tetap
bermanfaat untuk: 1. Memastikan bahwa praktik
yang baik dapat tercapai
setiap saat; 2. Adanya pembagian tugas
dan wewenang; 3. Memberikan pertimbangan
dan panduan untuk tenaga
kesehatan lain yang
bekerja di apotek; 4. Dapat digunakan sebagai
alat untuk melatih staf
baru; 5. Membantu proses audit. Prosedur tetap disusun dengan
format sebagai berikut: 1. TujuanMerupakan tujuan
protap. 2. Ruang lingkupBerisi
pernyataan tentang
pelayanan yang dilakukan
dengan kompetensi yang
diharapkan. 3. HasilHal yang dicapai oleh
pelayanan yang diberikan
dan dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diukur. 4. PersyaratanHal hal yang
diperlukan untuk
menunjang pelayanan. 5. ProsesBerisi langkah-
langkah pokok yang perlu
dilkuti untuk penerapan
standar.Sifat protap adalah
spesifik mengenai
kefarmasian.