Jumat, 23 Desember 2011

Obat nyeri ulu hati


Nyeri ulu hati adalah gejala yang timbul akibat iritasi lambung. Kadang-kadang rasa nyeri tidak pas benar di ulu hati, tetapi agak bergeser ke kiri. Jika parah, nyeri terasa menusuk hingga ke punggung.
Dalam bahasa medis, nyeri ulu hati sering disebut gastritis atau maag. Penyebabnya beragam. Antara lain makanan atau minuman seperti jeruk, mangga muda, atau kopi. Beberapa jenis obat juga dapat memicu nyeri ulu hati, misalnya ibuprofen, piroksikam, deksametason, dll.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi nyeri ulu hati adalah menghindari makanan, minuman, atau obat-obatan yang menjadi pencetus. Jika belum berhasil, maka perlu minum obat. Nyeri ulu hati biasanya membaik dengan minum antasid, ranitidin, atau omeprazol.
Selain dengan obat-obatan, sarapan teratur, rajin berolahraga, mengelola stres, dan aktifitas positif lainnya, dapat membantu meringankan nyeri ulu hati.

obat HIV/AIDS


HIV, atau human immunodeficiency virus, adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu dengan merusak sel CD4 positif (CD4+). Kerusakan sel tersebut akan menyebabkan orang-orang yang terinfeksi HIV rentan mengalami infeksi atau komplikasi oleh penyakit lain.
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Orang yang positif HIV, baru dikatakan AIDS jika mereka mengalami satu atau beberapa infeksi oportunistik misalnya pneumonia atau tuberkulosis (TB), dan jumlah sel CD4+ sangat rendah (kurang dari 200 sel/mm3 darah).
Saat pertama kali penyakit HIV/AIDS menyebar, penderitanya hanya bisa bertahan beberapa tahun. Bahkan dikatakan usia harapan hidup lima tahunnya mendekati 0%. Tetapi saat ini, usia harapan hidup dan kualitas hidup penderita HIV/AIDS jauh lebih baik.
Saat sekarang, sudah ada 31 obat HIV atau ARV (obat antiretroviral). Obat-obat tersebut tidak menyembuhkan penyakit HIV atau AIDS. Tetapi hanya menekan jumlah virus, bahkan sampai pada level yang tidak terdeteksi. Virus HIV sendiri tetap bercokol di dalam tubuh.
Akibat dari turunnya jumlah virus, penderita HIV dapat hidup lebih lama dan kualitas hidup lebih baik. Tetapi perlu diingat, bahwa penderita HIV masih dapat menularkan virusnya dan harus tetap minum obat ARV secara teratur selama hidupnya.
Obat-obat HIV terbagi ke dalam 5 golongan besar yaitu :
  1. Penghambat Reverse Transcriptase (RT). Obat ini mengganggu enzim RT yang berfungsi mengubah materi genetik virus dari RNA menjadi DNA. Contohnya efavirenz, etravirine, nevirapine, abacavir,lamivudine, zidovudine.
  2. Penghambat Protease. Obat jenis ini mengganggu kerja enzim protease yang berfungsi untuk memproduksi partikel virus yang infeksius. Contohnya, atazanavir, darunavir, fosamprenavir, ritonavir.
  3. Penghambat Fusi/Entry. Obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel manusia yang menjadi targetnya. Contohnya enfuvirtide dan maraviroc.
  4. Penghambat integrase. Golongan obat ini memblok kerja enzim integrase, yaitu enzim yang mengintegrasikan DNA virus ke DNA manusia. Contohnya raltegravir.
  5. Kombinasi dari obat-obat di atas.

Dextromethorphan (DMP) bukan Narkoba!


Tahukah Anda bahwa obat batuk dapat digunakan untuk mabuk-mabukan. Setidaknya, inilah yang dilakukan oleh sekelompok pecandu narkoba kurang modal. Mereka mengkonsumsi dextromethorphan jauh di atas ambang batas dosis yang diizinkan. Hasilnya, selain 'fly', sel-sel tubuh mereka akan mengalami keracunan hebat.

Aman Dalam Dosis Terapi

Dextromethorphan atau sering disingkat DMP, adalah obat batuk "over the counter" (OTC) yang disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1958. OTC artinya dapat dibeli secara bebas, tanpa resep. Walaupun demikian, obat ini hanya boleh dijual di toko obat berizin.

Meskipun ada dalam bentuk murni, DMP biasanya berupa sediaan kombinasi. Artinya, dalam satu tablet, selain DMP juga terdapat obat lain seperti parasetamol (antinyeri antidemam), CTM (antihistamin), psuedoefedrin/fenilpropanolamin (dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran).

Manfaat utama DMP adalah menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial, terutama pada kasus batuk pilek.

Obat ini bekerja sentral, yaitu pada pusat batuk di otak. Caranya dengan menaikkan ambang batas rangsang batuk. Sebagai catatan, beberapa obat batuk lain bekerja langsung di saluran napas.

Untuk mengusir batuk, dosis yang dianjurkan adalah 15 mg sampai 30 mg yang diminum 3 kali sehari. Dengan dosis sebesar ini, DMP relatif aman dan efek samping jarang terjadi.

Overdosis Mematikan!

Penyalahgunaan DMP sering terjadi. Penyebabnya, selain murah, obat ini juga relatif mudah didapat. Bentuk penyalahgunaannya antara lain adalah konsumsi dalam dosis besar (berpuluh-puluh butir) atau mengkonsumsinya bersama alkohol atau narkoba.

Pada keadaan overdosis, terjadi berbagai macam efek samping. Terjadi stimulasi ringan pada konsumsi sebesar 100 - 200 mg; euforia dan halusinasi pada dosis 200 - 400 mg; gangguan penglihatan dan hilangnya koordinasi gerak tubuh pada dosis 300 - 600 mg, dan terjadi sedasi disosiatif (perasaan bahwa jiwa dan raga berpisah) pada dosis 500 - 1500 mg.

Gejala lain yang terjadi akibat overdosis DMP adalah bicara kacau, gangguan berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-putar (nistagmus). Penyalahgunaan sediaan kombinasi malah berefek lebih parah. Komplikasi yang timbul dapat berupa peningkatan tekanan darah karena keracunan pseudoefedrin, kerusakan hati karena keracunan parasetamol, gangguan saraf dan sistim kardiovaskuler akibat keracunan CTM. Alkohol atau narkotika lain yang telan bersama DMP dapat meningkatkan efek keracunan dan bahkan menimbulkan kematian.